
Menyikapi
persaingan global dan tantangan pembangunan yang semakin kompleks, pembangunan
desa merupakan komponen yang penting
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi nasional. “Daya saing yang berdimensi kemasyarakatan dan lokal serta
inklusifitas pembangunan nasional akan lebih efektif apabila berangkat dari desa,”
ujar Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Agus Eko Nugroho dalam webinar “Desa Global Menyikapi Persaingan Global dan
Transformasi Baru: Telaah Kebijakan, Pembaharuan dan Berbagi Pengalaman
Menyambut Era New Normal” pada Kamis
(2/7).
Menurut
Agus, dalam perjalanan pertumbuhan ekonomi Indonesia, kesenjangan pembangunan ekonomi
pedesaan dan perkotaan masih tinggi. Akses terhadap sarana dan prasarana dasar
seperti sanitasi, energi, dan pendidikan antara pedesaan dan perkotaan memang
semakin berimbang. Namun, pembangunan ekonomi jangka panjang masih menyisakan masalah kemiskinan di
masyarakat pedesaan. “Pedesaan menjadi tumpuan penting dalam reproduksi dan
akumulasi nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja, tetapi menghadapi
stagnasi produktivitas secara permanen,” terang Agus.
Agus
menjabarkan karakteristik perekonomian kota yang heterogen serta memiliki mobilitas
sosial yang tinggi dan dinamik menyebabkan tingkat produktivitas ekonomi
perkotaan menjadi lebih tinggi. “Sektor industri, keuangan dan perdagangan
terpusat di perkotaan, sehingga desa pun akan relatif menurun produktifitasnya
jika dibanding sektor lain”, katanya. Dirinya juga menyebutkan kondisi tersebut
implikasinya akan berpengaruh pada daya saing pedesaan.
Upaya
yang di lakukan dengan cara pengembangan ekosistem kreatif di desa dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing pedesaan.”Dalam
pengembangan ekosistem kreatif di pedesaan, diperlukan empat modal penting,
yaitu: finansial; sosial; sumber daya
manusia; dan ekologi”, ungkap Agus. Selanjutnya
dirinya mengatakan, salah satu modal penting dalam pengembangan ekosistem
kreatif adalah faktor sosial yang meliputi sumber daya alam dan budaya lokal
yang merupakan kunci utama proses reproduksi kreativitas.
“Kreativitas kolektif seperti budaya dan adat-istiadat harus dimaknai sebagai proses reproduksi modal sosial yang bersifat sirkular, kausalitas dan kumulatif dalam suatu ekosistem yaitu desa kreatif,” ujar Agus. Kemudian, dirinya mengatakan langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk membangun pedesaan kreatif antara lain: (1). Peningkatan pemahaman dan identifikasi determinan utama; (2). Bekerjanya ekosistem kreatif dalam komunitas pedesaan; (3) Kolaboratif antar stakeholder dalam pengembangan model/strategi pengembangan ekosistem desa kreatif; (4). Benchmarking best practice, uji implementasi, dan penyempurnaan model/strategi pengembangan ekosistem desa kreatif; (5). Memperluas skala pengembangan.
“Pengembangan
ekosistem desa kreatif memerlukan pendekatan kolaboratif multi-stakeholder
yaitu pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat. Keempat faktor inilah yang saling berinterakasi dan menjadi
penentu penting pada proses pengembangan ekosistem kreativitas,” tutup Eko. (iz/ed.mtr)
desa global, desa kreatif, modal sosial
Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI